https://www.facebook.com/pingi.tan2?sk=notesCari Blog Ini

Senin, 13 Mei 2013

Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW

Cara Mendidik Anak ala Rasulullah SAW


 
Oleh : Prof.DR. M Quraish Shihab
Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Padahal, salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik. Nah, Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, karenanya mari kita berkaca dari sepercik cara mendidik anak ala beliau.
Pakar-pakar pendidikan di Indonesia menilai bahwa salah satu sebab utama kegagalan pendidikan kita karena para pendidiknya yang gagal. Kita dalam hal ini berada dalam lingkaran setan, anak didik tidak berkualitas ternyata karena gurunya yang kurang bermutu, akhirnya pendidikannya gagal. Memang salah satu syarat mutlak untuk keberhasilan pendidikan adalah dipilihnya pendidik yang baik, yang sebelumnya perlu dididik pula. Sebenarnya kalau melihat ke sejarah Nabi, problema ini baru terselesaikan karena Allah Swt. turun tangan.
Anak didik dibentuk oleh empat faktor. Pertama, ayah yang berperan utama dalam membentuk kepribadian anak. Bahkan, dalam Al-Quran hampir semua ayat yang berbicara tentang pendidikan anak, yang berperan adalah ayah. Kedua, yang membentuk kepribadiannya juga adalah ibu; ketiga, apa yang dibacanya (ilmu); dan keempat, lingkungan. Kalau ini baik, anak bisa baik, juga sebaliknya. Begitu pula baik-buruk kadar pendidikan kita.
Empat faktor ini belum tentu semuanya terwujud. Ketika Allah Swt. menetapkan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya, maka yang membentuk kepribadiannya adalah Allah Swt. Sebab, bila diserahkan kepada masyarakat atau keluarga, maka ia tidak akan sempurna, bisa jadi keliru. Dalam hal ini, Tuhan yang melakukan, sedangkan masyarakat atau keluarga diberi peranan yang sangat sedikit. Itu sebabnya bila telah selesai peranan ayah, maka dia diambil-Nya meninggal dunia. Ini karena Tuhan tidak mau beliau dididik bapaknya. Begitu lahir dibawa ke desa dan ketika usia remaja baru ketemu ibunya. Namun, ibunya pun kemudian diambil-Nya. Selain itu, beliau lahir di lingkungan dengan gaya hidup yang terbelakang, bahkan hampir tidak tersentuh oleh peradaban. Padahal, waktu itu Mesir, Persia, dan India semunya sudah maju. Dalam hal ini, Allah Swt. ingin mendidik langsung beliau untuk menjadi pendidik, yakni figur yang diteladani bagaimana seharusnya mendidik. Itu sebabnya beliau bersabda, Addabanî Rabbî fa Ahsana Ta’dîbi (”Yang mendidik saya itu adalah Tuhan”). Juga, Bu’itstu Mu’alliman (”Saya diutus-Nya menjadi pengajar, pendidik”).
Kita ambil beberapa inti dari kisah hidup Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Bila ingin anak yang membawa namamu itu tumbuh berkembang dengan baik, maka pilih-pilihlah tempat kamu meletakkan spermamu, karena gen itu menurun”. Jadi, sebelum anak lahir kita harus memilih hal yang baik, karena gen ini mempengaruhi keturunan. Pakar pendidikan mengakui bahwa ada faktor genetik dan pendidikan. Walaupun mereka berbeda pendapat yang mana lebih dominan, namun yang jelas keduanya punya pengaruh. Penulis pribadi cenderung berpendapat yang lebih dominan itu sebenarnya pada pendidikan, bukan sperma (gen). Sebagai analogi, bila kita lagi sumpek, masakan kita bisa tidak enak. Di sini ada pengaruh dari emosi dan sikap pada saat membuat suatu masakan. Jadi, bila ingin anak yang baik, maka harus ditanamkan perasaan yang enak, harmonis, dan penuh keagamaan sewaktu memproduksinya. Ini berpengaruh kepada jabang bayi. Ketika membuatnya dalam situasi ketakutan, maka anaknya pun akan menjadi penakut. Anak yang lahir di luar nikah itu berbeda dengan anak yang lahir dari hubungan yang sah. Karena semua orang sadar dalam hati bahwa perzinahan itu buruk, maka hal ini nantinya dapat berpengaruh terhadap anak. Karena itu pula, Nabi Saw. memerintahkan untuk memilih tempat-tempat yang baik saat menanamkan sperma kita dan dianjurkan sebelumnya untuk membaca doa dan tidak dihantui rasa takut atau cemas.
Di dalam Al-Quran diterangkan, Nisâukum hartsun lakum (Isteri kamu adalah ladang buatmu). Di sini Al-Quran mengumpamakan suami sebagai “petani” dan isteri sebagai “ladang”. Kalau petani menanam tomat, apakah apel yang tumbuh? Siapa yang salah, bila si suami menghendaki anak laki-laki namun yang lahir perempuan, petani atau ladangnya? Tentu petani. Setelah ditanam, semestinya benih itu dipelihara. Bila ada hama, maka perlu dipupuk, disirami, dan dipelihara dengan baik. Setelah ada hasilnya, maka perlu dicuci dulu bila ingin dimakan. Dan bila ingin dijual, juga dibersihkan dulu dan dikemas sedemikian rupa agar dapat bermanfaat. Ini sebenarnya pelajaran dalam Al-Quran. Agar buah yang lahir dari kehidupan suami-isteri ini bisa membawa manfaat sebanyak mungkin, maka harus memperhatikan sang isteri (ibu). Dari sini, sekian banyak anjuran untuk memberikan makanan yang bergizi bagi seorang ibu. Di masa Nabi Saw, buah yang paling banyak adalah kurma. Kurma itu memiliki vitamin dan karbohidrat yang tinggi. Nabi Saw. berkata, “Isteri-isteri kamu yang sedang hamil, maka berilah ia kurma agar supaya anaknya lahir sehat dan gagah”.
Hal di atas menunjukkan bahwa jauh sebelum anak dilahirkan, ternyata Islam telah memiliki landasan dan tempat berpijak. Lalu, apa yang perlu diperankan orang tua sekarang? Pertama, satu hal yang perlu digarisbawahi, begitu seorang anak lahir, Islam mengajarkan untuk diadzankan. Walaupun anak itu belum mendengar dan melihat, tapi ini memiliki makna psiko-keagamaan pada pertumbuhan jiwanya. Anak yang baru beberapa hari lahir, kalau ia ketawa, anda jangan menduga bahwa ia ketawa karena atau dengan ibunya, tapi karena ia merasakan kehadiran seseorang. Para pakar mengatakan demikian, karena ada orang yang lahir buta tetap tersenyum saat ibu mendekatinya. Jadi, seorang bayi memiliki rasa pada saat mendengar adzan, juga memiliki jiwa yang bisa berhubungan dengan sekelilingnya. Karena itu, adzan menjadi kalimat pertama yang diucapkan kepadanya. Dan, karena saat membacakan adzan seorang muadzin berhubungan dengan Tuhan, maka inilah yang memberikan dampak bagi perkembangan anak ke depan.
Kedua, sampai umur tujuh hari, kelahiran anak perlu disyukuri (’aqiqah). Kalau begitu, jangan sampai terbetik dalam pikiran ibu/bapak merasa tidak mau atau tidak membutuhkannya, karena saat itu sang anak sudah punya perasaan dan harus disambut dengan penuh syukur (’aqiqah). Misal, ada orang yang mengharapkan anak laki-laki, namun kemudian lahir anak perempuan, akhirnya ia kecewa serta tidak menerima dan menyukurinya. Semestinya perlu disyukuri, baik laki-laki maupun perempuan.
Ketiga, setelah ‘aqiqah, sang anak baru diberi nama yang terbaik karena dalam hadis disebutkan, “Di hari kemudian nanti orang-orang itu akan dipanggil dengan namanya”. Dalam hadis lain dijelaskan, “Nama itu adalah doa dan nama itu bisa membawa pada sifat anak kemudian”. Jadi, pilihlah nama yang baik untuknya.
Nama itu adalah sebuah doa yang menyandangnya. Ada ilustrasi, sebelum perang Badar (2 H.). berkecamuk, ada duel perorangan antara kaum muslim dan musyrik. Ali, Hamzah, dan ‘Ubaidah dari pihak kaum muslim, sedangkan dari pihak kaum musyrik yaitu ‘Utbah, Al-Walid dan Syaibah. Ali (yang tinggi) melawan Utbah (orang yang kecil). Hamzah (singa) berhadapan dengan Syaibah (orang tua). Al-Walid (anak kecil) berhadapan dengan ‘Ubaidah (hamba yang masih kecil). Bisa dibayangkan, bagaimana kalau orang yang tinggi besar berhadapan dengan anak kecil atau orang yang dijuluki “singa” dengan orang tua, siapa yang menang? Yang terjadi, Ali dan Hamzah berhasil membunuh lawannya, sedangkan Ubaidah dan al-Walid tidak ada yang terbunuh hanya keduanya terluka.
Nabi Saw. dipilihkan oleh Allah semua nama yang baik dan sesuai, karena ia adalah doa bagi yang menyandangnya. Misal, Nabi memiliki ibu bernama Aminah (yang memberi rasa aman) dan ayahnya Abdullah (hamba Allah). Yang membantu melahirkan Nabi namanya As-Syaffa (yang memberikan kesehatan dan kesempurnaan). Yang menyusuinya adalah Halimah (perempuan yang lapang dada), jadi Nabi dibesarkan oleh kelapangan dada. Anjuran untuk memilih nama yang mengandung doa juga dimaksudkan agar jangan sampai menimbulkan rasa rendah diri pada sang anak.
Keempat, mendidik anak bagi Nabi Saw. adalah menumbuhkembangkan kepribadian sang anak dengan memberikan kehormatan kepadanya, sehingga beliau sangat menghormati anak-cucunya. Bila memang sejak kecil ia sudah memiliki perasaan, maka jangan sampai ada perlakuan yang menjadikannya merasa terhina. Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya. Nabi Saw. pernah ditanya, “Bagaimana seseorang membantu anaknya supaya ia berbakti?”, Nabi berkata: “Janganlah ia dibebani (hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya”.
Ada sebuah riwayat, seorang anak lelaki digendong oleh Nabi dan anak itu pipis, lantas ibunya langsung merebut anaknya itu dengan kasar. Nabi kemudian bersabda, “Hai, bajuku ini bisa dibersihkan oleh air, tetapi hati seorang anak siapa yang bisa membersihkan”. Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi berkata, “Jangan, biarkan ia kencing”. Dari hal ini, muncul ketentuan, bila anak laki-laki kencing cukup dibasuh, sedangkan bila anak perempuan dicuci dengan sabun. Riwayat tadi memberi pelajaran bahwa sikap kasar terhadap seorang anak dapat mempengaruhi jiwanya sampai kelak ia dewasa.
Namun sisi lain, ada satu hal di mana Nabi sangat hati-hati dalam persoalan anak. Ketika Nabi lagi di masjid, ada orang yang kirim kurma, kemudian cucunya datang dan mengambil sebuah kurma lalu dimakannya. Nabi bertanya kepada ibunya, “Ini anak tadi mengambil kurma dari mana?” Sampai akhirnya, dipanggilnya Saidina Hasan dan dicongkel kurma dari mulutnya. Ini maknanya apa? Nabi tidak mau anak cucunya itu memakan sesuatu yang haram, walaupun ia masih kecil dan tidak ada dosa baginya, karena itu akan memberikan pengaruh kepadanya kelak ia besar.
Ada cerita dari pengalaman seorang ibu yang pendidikannya hanya sampai SD dan memiliki 13 anak, tetapi semuanya berhasil. Suatu ketika, ada orang yang bertanya kepada si ibu itu, “Doa apa yang dipakai ibu sehingga semuanya berhasil?” Jawabnya, “Saya dan suami saya tidak banyak berdoa. Tapi, bila anak saya bersalah atau saya tidak senang perbuatannya, saya selalu berkata, “Mudah-mudahan Tuhan memberimu petunjuk”. Jadi, anak ini tidak dimaki, dikutuk, atau dimarahi. Dan, kami kedua orang tuanya tidak pernah memberi makan mereka dengan makanan yang haram”.

Sabtu, 11 Mei 2013

SYAIR CINTA DARI IBU PARA SUFI (RABI’AH AL-‘ADAWIYAH AL-BASHRIAH) رَبِعَةٌ اَلْاَدَيَةٌ اَلْبَصْرِيَةٌ

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia,  lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.
Tuhan ciptakan 100 bagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan dirimu sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengobati segala luka di hati orang yang mendengarnya.
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Apa yang terpenting dalam dunia ini? Yang terpenting dalam dunia ini adalah menjaga sesuatu yang di cintai. Karena semua orang bisa saja dengan mudah untuk mencintai segala hal tetapi tidak semua orang bisa menjaga dengan mudah apa yang dicintai tersebut.
Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan jika aku sangat mencintainya kalau satu saja permintaannya tidak bisa aku lakukan. (
Berlinang air mata hatiku, tentang syair pelita matiku. Dimana jiwa asal riwayatku, merana kecewa sesal akhiratku. Jiwaku tumbuh bersama godaan, mengembun hilang bersama kenyataan. Dimana surga tempat menanti, diakhirat kelak diakui berarti.
Cahayamu, cahaya yang suci lagi mulia. Sucinya Cahayamu, sesuci para Bidadari yang ada dalam surga dan mulianya Cahayamu semulia para Malaikat yang mendiami tiap-tiap lapis langit. 
Aku hanya ingin dia mau “TAHU” kalau aku sangat mencintai dia dan aku hanya ingin dia mau “MENGERTI” kalau semua pengorbanan ini sebagai ketulusan cintaku padanya.
Caraku mencintai Dia adalah dengan berkorban Perasaan dan Waktu walau Aku Tahu, Aku sangat terluka Melakukannya. Dan caraku memanjakan Dia adalah dengan mengorbankan Cita dan Cintaku walau Aku Tahu, semua itu membuatku menangis.
Kebahagiaannya adalah senyumku walaupun sebenarnya Aku menangis dan tak Rela melihat Dia bahagia dengan orang lain. Tapi Aku selalu mencoba dan selalu mencoba untuk menerimanya walau Aku Tahu, Aku tidak pernah bisa menerimanya. Tapi inilah Cinta yang paling TULUS dariku untuk Dia
Aku ingin kamu menjadi yang halal untuk aku cintai dan aku menjadi yang halal pula untuk kamu cintai. Aku juga ingin kamu menjadi penyempurna sebagian agamaku disisi Allah dan aku menjadi penyempurna sebagian agamamu disisi Allah.
Mukamu selalu terbayang dalam benakku dan namamu selalu ku ucapkan dalam lidahku dan tempatmu dihatiku. Maka kemanakah engkau menghilang dariku?
Cintaku padamu ada dua, cinta asmara dan cinta haq buatmu. Cinta asmara…, penuh ingat dan sanjungan padamu. Ada pun cinta haq karena terbuka ta’bir melihatmu. Tak ada puji untuk ini, dari itu aku tak berhaq tapi dalam kedua cintaku itulah puji bagimu. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Jangan mengangumi seseorang dari kelebihannya, percayalah! Jika satu saja kekurangannya yang kamu dapatkan, kamu pasti sangat kecewa. Tetapi kagumilah seseorang mulai dari kekurangannya, suatu saat nanti jika kamu menemukan kelebihannya, kamu pasti sangat bahagia.)
Aku disini menunggu kembalimu bukan hanya sekedar ingin menjadi kekasih dalam hidupmu, tetapi aku disini menunggu kembalimu ingin menjadi Imam dalam imanmu.

Ya Allah, apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di dunia ini, Berikanlah kepada musuh-musuhMu. Dan apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di akhirat nanti, Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Aku mengabdi kepada Tuhan, Bukan karena takut neraka, Bukan pula karena mengharap masuk surga. Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku padaNya. Ya Allah, jika aku menyembahMu, Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahMu, Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku menyembahMu, Demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi padaku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Banyak orang yang mengatakan definisi cinta ini dan itu tetapi bagiku cinta itu adalah Melupakan Untuk Mencintai.
Aku selalu memegang erat cintaku padamu dengan kedua tanganku. Jika kedua tanganku terlepas, Aku akan mengejar cintamu dengan kedua kakiku. Jika kedua kakiku pun terlepas, Aku akan menahanmu dengan ragaku yang masih tersisah dan jika ragaku yang masih tersisah itu pun hancur, Aku akan menjaga cintaku padamu dengan tatapan mataku. Jika tatapan mataku pun buta, Aku akan berteriak memanggilmu, jika suaraku pun habis, Aku akan mendengarkan langkahmu dengan telingaku. Jika masih tidak bisa juga untuk menahanmu pergi, Aku pun akan mengingatmu dalam hatiku. Jika hatiku pun larut dalam keputus asaan, Aku akan rasakan cintaku padamu selamanya walau Aku hancur berantakan menjadi bagian-bagian kecil. Namun kalau belum bisa juga, Aku akan memelihara cintaku dalam jiwaku sekali pun jiwaku kan lenyap. Kalau masih belum bisa lagi, Aku akan menunggumu dalam surga. Dan bila di surga kelak, kita belum berjodoh, Aku akan berlutut memohon kepada Sang Ilahi agar Aku di tempatkan di surga yang sama dengamu. Namun bila permohonanku tidak di kabulkan, Aku akan memohon dua kali, kalau masih belum bisa, Aku akan memohon tiga kali, jika masih belum bisa, Aku akan memohon belasan kali, puluhan kali, ratusan kali, ribuan kali, jutaan kali sampai seterusnya hingga Tuhan mau mengijabah permohonanku. 
Bulan Rajab memang bulan yang istimewa
Dibulan ini pulalah shalat di perintahkan
Dan dibulan ini juga Anugerah Tuhan Aku rasakan
Sebuah Kekusaan yang menambah iman
Gerhana bulan yang ku ingiringi dengan do’a
Walaupun awan-awan putih di pagi buta menutupi cahayanya
Aku bangun dan menanti
Bak sebuah harapan yang pasti
Bukan dengan sia-sia seperti didunia nyata
Menanti kekasih yang menjadi tambatan hati
Aku isi disetiap do’a disaat gelap memakan cahaya redupnya
Do’a masa depan yang Aku impikan
Bidadari yang Aku cinta dalam kehidupan
Menjadi teman hidup sekali seumur hidup
Aku berdo’a dalam dinginnya malam ini
Sebuah do’a pengharapan pada sang Khalik
“Ya Allah! Jadikanlah dia jodohku

Seorang Bidadari ‘Aina yang membawa Mata Air Surga
Memberiku arti hidup dalam cinta,
Dalam kehausan cintaku pada-Mu
Berfikirku tuk membangun sebuah keluarga
Bersamanya, ya hanya bersamanya”
”Tuhan, Aku hanya ingin hidup bersamanya
Hidup dalam Ridha surga dunia-Mu
Aku tak meminta untuk masa depanku
Melainkan hanya dia
Dibawah sinar bulan purnama-Mu ini
Aku sujudkan do’aku untuk sebuah pengharapan
Sebuah jodoh yang Aku inginkan
Seorang Gadis yang di cintai
Lahir dan bathin
Dialah
Dialah yang selalu ada dalam hatiku
Sekalipun dia selalu menghindariku
Aku tetap memohon Kasih dari-MU
Jadikanlah dia jodohku kelak
Menjadi pelengkap ibadahku padaMu
Dia yang Aku cinta
Selalu Aku cinta
Dia bidadariku
Yang sering ku sebut dengan panggilan kasihku
“Cahayamu”


Terukir indah nama di patahan nisan
Membuat smua mata bertanya dalam lisan
Siapakah raga yang meninggalkan nama?
Raga yang mati muda, tidur untuk waktu yang lama
Kini smua pandangan tlah melihat
Sebuah nama di nisan putih yang terpahat
Tulisan nama yang slalu berbicara
Demi pengorbanan cinta dengan segala cara
Akulah Sang Penghuni Surga Jannatu Firdaus
Pemilik nama di nisan putih yang terpahat bagus
Akulah nama yang dulu ada dalam percintaan
Pemilik cinta yang berakhir dengan kematian

Lilin kecil yang bercahaya merdu terangi luka yang benyanyi lirih dalam gelombang waktu penantian yang sia-sia. Aku terjerat di sekian banyak kenangan yang pahit untuk Aku kenang, ciptakan problema hidup yang menemani perjalananku menggapai cita-citaku di atas Arasy Agung. Sungguh berat langkah ini lagi susah beban yang Aku pikul di sunyinya syair yang berlagu di ruang hampa tanpa adanya putih bintang yang menghiasinya. Jika ada jalan yang Aku tempuh lurus tanpa luka yang menggores di setiap tulisan tanganku, Aku akan sangat bersyukur dan bersembah sujud kapada Ilahi Rabb. Namun Aku hanya selalu menghayal akan senyum seorang Bidadari yang menyambutku dari kejauhan dan menyalamiku dengan cinta.
Malam panjang yang senyu senyap, bagai kuburan yang mati namun bernyawa, selalu ada rasa bosan yang terkirim oleh kekasih angin malam yang menusuk tulang hati. Duri itu semakin tumbuh membesar dalam kecewa yang tercipta untukku. Tak ada yang mencintaku apa adanya, menjadi teman hidupkuu di dunia fana ini, api yang selalu membara membakar setiap kalimat cinta yang terucap dahulu, air telah menghanyutkannya di kenangan pahit, angin telah menerbangkannya ke masa yang paling sulit di tempuh dan tanah sudah membuatnya menjadi keping-keping bebatuan yang tak di anggap lagi. Putus langit meminta maaf karena kecintaannya kepada orang lain.
Bila datang masanya Aku akan pergi dari lelah letihnya hidup ini, apakah yang Aku dapatkan di tempat lain yang jauh di ujung sana? Aku sungguh tidak tahu dan ingin mau tahu tapi Aku belum ingin pergi ke tempat itu karena Aku belum bisa membahagiakan dua orang yang sudah memberiku hidup di dunia ini.
Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang. (Soe Hok Gie)
“akhirnya semua akan tiba, pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui, apakah kau masih berbicara selembut dahulu? memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku”
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi, kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram, meresapi belaian angin yang menjadi dingin
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu,ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
Lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita.
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta”
Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu.
Manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru. (Soe Hok Gie: April 1969)
Oh cahaya memancar dalam hati, kemarilah!
Tambahan nurani dan segala harapan, datanglah!
Wahai pendahulu yang Aku lebih dahulu darimu,
Yang memikki cinta sejati, kemarilah!
Wahai kesenangan dan kebahagiaan manakah datang
Dan wahai kesusahan dan kesedihan apabila hilang
Engkau laksana mentari nan dekat namun jauh
Wahai orang yang dekat namun jauh, kemarilah!
(syekh Jalaludin Ar-Rummi)
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. ..
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, ...
dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ....

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, ..
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ....

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, ..
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, ...
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini ...

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, ..
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ..
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...