Cinta tidak
pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak
pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada
kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.
Tuhan
memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga
untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya
menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping
lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Cinta sejati
adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil
berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita
mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada
disisi kita.
Jangan
sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan
sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan
kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan
cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi
jika kamu mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi
apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah
menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang
cukup lama.
Jangan
simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia,
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada
pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu
sekarang selagi ada hayatnya.
Sungguh
menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih
menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki
keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Kamu tahu
bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur
berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan
kembali kepingan hati tersebut.
Tuhan
ciptakan 100 bagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bagian
diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk
saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya
terpijak.
Jangan
mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti.
Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Permulaan
cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan
tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya
mencintai pantulan dirimu sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Kata-kata
cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan
seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas
mampu untuk mengobati segala luka di hati orang yang mendengarnya.
Bukan laut
namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak
pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan
cemburu.
Apa yang
terpenting dalam dunia ini? Yang terpenting dalam dunia ini adalah menjaga
sesuatu yang di cintai. Karena semua orang bisa saja dengan mudah untuk
mencintai segala hal tetapi tidak semua orang bisa menjaga dengan mudah apa
yang dicintai tersebut.
Bagaimana
mungkin aku bisa mengatakan jika aku sangat mencintainya kalau satu saja
permintaannya tidak bisa aku lakukan. (
Berlinang
air mata hatiku, tentang syair pelita matiku. Dimana jiwa asal riwayatku,
merana kecewa sesal akhiratku. Jiwaku tumbuh bersama godaan, mengembun hilang
bersama kenyataan. Dimana surga tempat menanti, diakhirat kelak diakui berarti.
Cahayamu,
cahaya yang suci lagi mulia. Sucinya Cahayamu, sesuci para Bidadari yang ada
dalam surga dan mulianya Cahayamu semulia para Malaikat yang mendiami tiap-tiap
lapis langit.
Aku hanya
ingin dia mau “TAHU” kalau aku sangat mencintai dia dan aku hanya ingin dia mau
“MENGERTI” kalau semua pengorbanan ini sebagai ketulusan cintaku padanya.
Caraku
mencintai Dia adalah dengan berkorban Perasaan dan Waktu walau Aku Tahu, Aku sangat
terluka Melakukannya. Dan caraku memanjakan Dia adalah dengan mengorbankan Cita
dan Cintaku walau Aku Tahu, semua itu membuatku menangis.
Kebahagiaannya
adalah senyumku walaupun sebenarnya Aku menangis dan tak Rela melihat Dia
bahagia dengan orang lain. Tapi Aku selalu mencoba dan selalu mencoba untuk
menerimanya walau Aku Tahu, Aku tidak pernah bisa menerimanya. Tapi inilah
Cinta yang paling TULUS dariku untuk Dia
Aku ingin
kamu menjadi yang halal untuk aku cintai dan aku menjadi yang halal pula untuk
kamu cintai. Aku juga ingin kamu menjadi penyempurna sebagian agamaku disisi
Allah dan aku menjadi penyempurna sebagian agamamu disisi Allah.
Mukamu
selalu terbayang dalam benakku dan namamu selalu ku ucapkan dalam lidahku dan
tempatmu dihatiku. Maka kemanakah engkau menghilang dariku?
Cintaku
padamu ada dua, cinta asmara dan cinta haq buatmu. Cinta asmara…, penuh ingat
dan sanjungan padamu. Ada pun cinta haq karena terbuka ta’bir melihatmu. Tak
ada puji untuk ini, dari itu aku tak berhaq tapi dalam kedua cintaku itulah
puji bagimu. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Jangan
mengangumi seseorang dari kelebihannya, percayalah! Jika satu saja
kekurangannya yang kamu dapatkan, kamu pasti sangat kecewa. Tetapi kagumilah
seseorang mulai dari kekurangannya, suatu saat nanti jika kamu menemukan
kelebihannya, kamu pasti sangat bahagia.)
Aku disini
menunggu kembalimu bukan hanya sekedar ingin menjadi kekasih dalam hidupmu,
tetapi aku disini menunggu kembalimu ingin menjadi Imam dalam imanmu.
Ya Allah,
apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di dunia ini, Berikanlah kepada
musuh-musuhMu. Dan apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di akhirat
nanti, Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, Karena Engkau sendiri, cukuplah
bagiku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Aku mengabdi
kepada Tuhan, Bukan karena takut neraka, Bukan pula karena mengharap masuk
surga. Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku padaNya. Ya Allah, jika aku
menyembahMu, Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku
menyembahMu, Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku
menyembahMu, Demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan
keindahan wajahMu Yang abadi padaku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Banyak orang
yang mengatakan definisi cinta ini dan itu tetapi bagiku cinta itu adalah
Melupakan Untuk Mencintai.
Aku selalu memegang erat cintaku
padamu dengan kedua tanganku. Jika kedua tanganku terlepas, Aku akan mengejar
cintamu dengan kedua kakiku. Jika kedua kakiku pun terlepas, Aku akan menahanmu
dengan ragaku yang masih tersisah dan jika ragaku yang masih tersisah itu pun
hancur, Aku akan menjaga cintaku padamu dengan tatapan mataku. Jika tatapan
mataku pun buta, Aku akan berteriak memanggilmu, jika suaraku pun habis, Aku
akan mendengarkan langkahmu dengan telingaku. Jika masih tidak bisa juga untuk
menahanmu pergi, Aku pun akan mengingatmu dalam hatiku. Jika hatiku pun larut
dalam keputus asaan, Aku akan rasakan cintaku padamu selamanya walau Aku hancur
berantakan menjadi bagian-bagian kecil. Namun kalau belum bisa juga, Aku akan
memelihara cintaku dalam jiwaku sekali pun jiwaku kan lenyap. Kalau masih belum
bisa lagi, Aku akan menunggumu dalam surga. Dan bila di surga kelak, kita belum
berjodoh, Aku akan berlutut memohon kepada Sang Ilahi agar Aku di tempatkan di
surga yang sama dengamu. Namun bila permohonanku tidak di kabulkan, Aku akan
memohon dua kali, kalau masih belum bisa, Aku akan memohon tiga kali, jika
masih belum bisa, Aku akan memohon belasan kali, puluhan kali, ratusan kali,
ribuan kali, jutaan kali sampai seterusnya hingga Tuhan mau mengijabah
permohonanku.
Bulan Rajab memang bulan yang istimewa
Dibulan ini pulalah shalat di perintahkan
Dan dibulan ini juga Anugerah Tuhan Aku rasakan
Sebuah Kekusaan yang menambah iman
Gerhana bulan yang ku ingiringi dengan do’a
Walaupun awan-awan putih di pagi buta menutupi
cahayanya
Aku bangun dan menanti
Bak sebuah harapan yang pasti
Bukan dengan sia-sia seperti didunia nyata
Menanti kekasih yang menjadi tambatan hati
Aku isi disetiap do’a disaat gelap memakan cahaya
redupnya
Do’a masa depan yang Aku impikan
Bidadari yang Aku cinta dalam kehidupan
Menjadi teman hidup sekali seumur hidup
Aku berdo’a dalam dinginnya malam ini
Sebuah do’a pengharapan pada sang Khalik
“Ya Allah! Jadikanlah dia jodohku
Seorang Bidadari ‘Aina yang membawa Mata Air Surga
Memberiku arti hidup dalam cinta,
Dalam kehausan cintaku pada-Mu
Berfikirku tuk membangun sebuah keluarga
Bersamanya, ya hanya bersamanya”
”Tuhan, Aku hanya ingin hidup bersamanya
Hidup dalam Ridha surga dunia-Mu
Aku tak meminta untuk masa depanku
Melainkan hanya dia
Dibawah sinar bulan purnama-Mu ini
Aku sujudkan do’aku untuk sebuah pengharapan
Sebuah jodoh yang Aku inginkan
Seorang Gadis yang di cintai
Lahir dan bathin
Dialah…
Dialah yang selalu ada dalam hatiku
Sekalipun dia selalu menghindariku
Aku tetap memohon Kasih dari-MU
Jadikanlah dia jodohku kelak
Menjadi pelengkap ibadahku padaMu
Dia yang Aku cinta
Selalu Aku cinta
Dia bidadariku
Yang sering ku sebut dengan
panggilan kasihku
“Cahayamu”
Terukir indah nama di patahan nisan
Membuat smua mata bertanya dalam lisan
Siapakah raga yang meninggalkan nama?
Raga yang mati muda, tidur untuk waktu yang lama
Kini smua pandangan tlah melihat
Sebuah nama di nisan putih yang terpahat
Tulisan nama yang slalu berbicara
Demi pengorbanan cinta dengan segala cara
Akulah Sang Penghuni Surga Jannatu Firdaus
Pemilik nama di nisan putih yang terpahat bagus
Akulah nama yang dulu ada dalam percintaan
Pemilik cinta yang berakhir dengan kematian
Lilin kecil
yang bercahaya merdu terangi luka yang benyanyi lirih dalam gelombang waktu
penantian yang sia-sia. Aku terjerat di sekian banyak kenangan yang pahit untuk
Aku kenang, ciptakan problema hidup yang menemani perjalananku menggapai
cita-citaku di atas Arasy Agung. Sungguh berat langkah ini lagi susah beban
yang Aku pikul di sunyinya syair yang berlagu di ruang hampa tanpa adanya putih
bintang yang menghiasinya. Jika ada jalan yang Aku tempuh lurus tanpa luka yang
menggores di setiap tulisan tanganku, Aku akan sangat bersyukur dan bersembah
sujud kapada Ilahi Rabb. Namun Aku hanya selalu menghayal akan senyum seorang
Bidadari yang menyambutku dari kejauhan dan menyalamiku dengan cinta.
Malam
panjang yang senyu senyap, bagai kuburan yang mati namun bernyawa, selalu ada
rasa bosan yang terkirim oleh kekasih angin malam yang menusuk tulang hati.
Duri itu semakin tumbuh membesar dalam kecewa yang tercipta untukku. Tak ada
yang mencintaku apa adanya, menjadi teman hidupkuu di dunia fana ini, api yang
selalu membara membakar setiap kalimat cinta yang terucap dahulu, air telah
menghanyutkannya di kenangan pahit, angin telah menerbangkannya ke masa yang
paling sulit di tempuh dan tanah sudah membuatnya menjadi keping-keping
bebatuan yang tak di anggap lagi. Putus langit meminta maaf karena kecintaannya
kepada orang lain.
Bila datang
masanya Aku akan pergi dari lelah letihnya hidup ini, apakah yang Aku dapatkan
di tempat lain yang jauh di ujung sana? Aku sungguh tidak tahu dan ingin mau
tahu tapi Aku belum ingin pergi ke tempat itu karena Aku belum bisa
membahagiakan dua orang yang sudah memberiku hidup di dunia ini.
Disana, di
Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan
isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang
tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang. (Soe Hok Gie)
“akhirnya semua akan tiba, pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika
yang telah lama kita ketahui, apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher
kemejaku”
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi,
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram, meresapi
belaian angin yang menjadi dingin
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu,ketika ku dekap kau, dekaplah
lebih mesra, lebih dekat”
Lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan
terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika
malam yang basah menyelimuti jakarta kita.
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu
berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta”
Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak
kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi
itu.
Manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru. (Soe Hok Gie: April 1969)
Oh cahaya memancar dalam hati, kemarilah!
Tambahan nurani dan segala harapan, datanglah!
Wahai pendahulu yang Aku lebih dahulu darimu,
Yang memikki cinta sejati, kemarilah!
Wahai kesenangan dan kebahagiaan manakah datang
Dan wahai kesusahan dan kesedihan apabila hilang
Engkau laksana mentari nan dekat namun jauh
Wahai orang yang dekat namun jauh, kemarilah!
(syekh Jalaludin Ar-Rummi)
Sebenarnya
ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. ..
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, ...
dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ....
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, ..
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam
diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa
setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong
melompong, hilang isi ....
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau
gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, ..
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
...
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini ...
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, ..
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ..
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau
ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga
aku mampu mencintaimu seperti ini ...