https://www.facebook.com/pingi.tan2?sk=notesCari Blog Ini

Sabtu, 11 Mei 2013

SYAIR CINTA DARI IBU PARA SUFI (RABI’AH AL-‘ADAWIYAH AL-BASHRIAH) رَبِعَةٌ اَلْاَدَيَةٌ اَلْبَصْرِيَةٌ

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.
Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.
Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.
Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mau berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.
Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia,  lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.
Tuhan ciptakan 100 bagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan dirimu sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengobati segala luka di hati orang yang mendengarnya.
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Apa yang terpenting dalam dunia ini? Yang terpenting dalam dunia ini adalah menjaga sesuatu yang di cintai. Karena semua orang bisa saja dengan mudah untuk mencintai segala hal tetapi tidak semua orang bisa menjaga dengan mudah apa yang dicintai tersebut.
Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan jika aku sangat mencintainya kalau satu saja permintaannya tidak bisa aku lakukan. (
Berlinang air mata hatiku, tentang syair pelita matiku. Dimana jiwa asal riwayatku, merana kecewa sesal akhiratku. Jiwaku tumbuh bersama godaan, mengembun hilang bersama kenyataan. Dimana surga tempat menanti, diakhirat kelak diakui berarti.
Cahayamu, cahaya yang suci lagi mulia. Sucinya Cahayamu, sesuci para Bidadari yang ada dalam surga dan mulianya Cahayamu semulia para Malaikat yang mendiami tiap-tiap lapis langit. 
Aku hanya ingin dia mau “TAHU” kalau aku sangat mencintai dia dan aku hanya ingin dia mau “MENGERTI” kalau semua pengorbanan ini sebagai ketulusan cintaku padanya.
Caraku mencintai Dia adalah dengan berkorban Perasaan dan Waktu walau Aku Tahu, Aku sangat terluka Melakukannya. Dan caraku memanjakan Dia adalah dengan mengorbankan Cita dan Cintaku walau Aku Tahu, semua itu membuatku menangis.
Kebahagiaannya adalah senyumku walaupun sebenarnya Aku menangis dan tak Rela melihat Dia bahagia dengan orang lain. Tapi Aku selalu mencoba dan selalu mencoba untuk menerimanya walau Aku Tahu, Aku tidak pernah bisa menerimanya. Tapi inilah Cinta yang paling TULUS dariku untuk Dia
Aku ingin kamu menjadi yang halal untuk aku cintai dan aku menjadi yang halal pula untuk kamu cintai. Aku juga ingin kamu menjadi penyempurna sebagian agamaku disisi Allah dan aku menjadi penyempurna sebagian agamamu disisi Allah.
Mukamu selalu terbayang dalam benakku dan namamu selalu ku ucapkan dalam lidahku dan tempatmu dihatiku. Maka kemanakah engkau menghilang dariku?
Cintaku padamu ada dua, cinta asmara dan cinta haq buatmu. Cinta asmara…, penuh ingat dan sanjungan padamu. Ada pun cinta haq karena terbuka ta’bir melihatmu. Tak ada puji untuk ini, dari itu aku tak berhaq tapi dalam kedua cintaku itulah puji bagimu. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Jangan mengangumi seseorang dari kelebihannya, percayalah! Jika satu saja kekurangannya yang kamu dapatkan, kamu pasti sangat kecewa. Tetapi kagumilah seseorang mulai dari kekurangannya, suatu saat nanti jika kamu menemukan kelebihannya, kamu pasti sangat bahagia.)
Aku disini menunggu kembalimu bukan hanya sekedar ingin menjadi kekasih dalam hidupmu, tetapi aku disini menunggu kembalimu ingin menjadi Imam dalam imanmu.

Ya Allah, apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di dunia ini, Berikanlah kepada musuh-musuhMu. Dan apa pun yang akan Engkau, Karuniakan kepadaku di akhirat nanti, Berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, Karena Engkau sendiri, cukuplah bagiku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Aku mengabdi kepada Tuhan, Bukan karena takut neraka, Bukan pula karena mengharap masuk surga. Tetapi aku mengabdi, Karena cintaku padaNya. Ya Allah, jika aku menyembahMu, Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahMu, Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku menyembahMu, Demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi padaku. (Rabi’ah Al-‘Adawiyah)
Banyak orang yang mengatakan definisi cinta ini dan itu tetapi bagiku cinta itu adalah Melupakan Untuk Mencintai.
Aku selalu memegang erat cintaku padamu dengan kedua tanganku. Jika kedua tanganku terlepas, Aku akan mengejar cintamu dengan kedua kakiku. Jika kedua kakiku pun terlepas, Aku akan menahanmu dengan ragaku yang masih tersisah dan jika ragaku yang masih tersisah itu pun hancur, Aku akan menjaga cintaku padamu dengan tatapan mataku. Jika tatapan mataku pun buta, Aku akan berteriak memanggilmu, jika suaraku pun habis, Aku akan mendengarkan langkahmu dengan telingaku. Jika masih tidak bisa juga untuk menahanmu pergi, Aku pun akan mengingatmu dalam hatiku. Jika hatiku pun larut dalam keputus asaan, Aku akan rasakan cintaku padamu selamanya walau Aku hancur berantakan menjadi bagian-bagian kecil. Namun kalau belum bisa juga, Aku akan memelihara cintaku dalam jiwaku sekali pun jiwaku kan lenyap. Kalau masih belum bisa lagi, Aku akan menunggumu dalam surga. Dan bila di surga kelak, kita belum berjodoh, Aku akan berlutut memohon kepada Sang Ilahi agar Aku di tempatkan di surga yang sama dengamu. Namun bila permohonanku tidak di kabulkan, Aku akan memohon dua kali, kalau masih belum bisa, Aku akan memohon tiga kali, jika masih belum bisa, Aku akan memohon belasan kali, puluhan kali, ratusan kali, ribuan kali, jutaan kali sampai seterusnya hingga Tuhan mau mengijabah permohonanku. 
Bulan Rajab memang bulan yang istimewa
Dibulan ini pulalah shalat di perintahkan
Dan dibulan ini juga Anugerah Tuhan Aku rasakan
Sebuah Kekusaan yang menambah iman
Gerhana bulan yang ku ingiringi dengan do’a
Walaupun awan-awan putih di pagi buta menutupi cahayanya
Aku bangun dan menanti
Bak sebuah harapan yang pasti
Bukan dengan sia-sia seperti didunia nyata
Menanti kekasih yang menjadi tambatan hati
Aku isi disetiap do’a disaat gelap memakan cahaya redupnya
Do’a masa depan yang Aku impikan
Bidadari yang Aku cinta dalam kehidupan
Menjadi teman hidup sekali seumur hidup
Aku berdo’a dalam dinginnya malam ini
Sebuah do’a pengharapan pada sang Khalik
“Ya Allah! Jadikanlah dia jodohku

Seorang Bidadari ‘Aina yang membawa Mata Air Surga
Memberiku arti hidup dalam cinta,
Dalam kehausan cintaku pada-Mu
Berfikirku tuk membangun sebuah keluarga
Bersamanya, ya hanya bersamanya”
”Tuhan, Aku hanya ingin hidup bersamanya
Hidup dalam Ridha surga dunia-Mu
Aku tak meminta untuk masa depanku
Melainkan hanya dia
Dibawah sinar bulan purnama-Mu ini
Aku sujudkan do’aku untuk sebuah pengharapan
Sebuah jodoh yang Aku inginkan
Seorang Gadis yang di cintai
Lahir dan bathin
Dialah
Dialah yang selalu ada dalam hatiku
Sekalipun dia selalu menghindariku
Aku tetap memohon Kasih dari-MU
Jadikanlah dia jodohku kelak
Menjadi pelengkap ibadahku padaMu
Dia yang Aku cinta
Selalu Aku cinta
Dia bidadariku
Yang sering ku sebut dengan panggilan kasihku
“Cahayamu”


Terukir indah nama di patahan nisan
Membuat smua mata bertanya dalam lisan
Siapakah raga yang meninggalkan nama?
Raga yang mati muda, tidur untuk waktu yang lama
Kini smua pandangan tlah melihat
Sebuah nama di nisan putih yang terpahat
Tulisan nama yang slalu berbicara
Demi pengorbanan cinta dengan segala cara
Akulah Sang Penghuni Surga Jannatu Firdaus
Pemilik nama di nisan putih yang terpahat bagus
Akulah nama yang dulu ada dalam percintaan
Pemilik cinta yang berakhir dengan kematian

Lilin kecil yang bercahaya merdu terangi luka yang benyanyi lirih dalam gelombang waktu penantian yang sia-sia. Aku terjerat di sekian banyak kenangan yang pahit untuk Aku kenang, ciptakan problema hidup yang menemani perjalananku menggapai cita-citaku di atas Arasy Agung. Sungguh berat langkah ini lagi susah beban yang Aku pikul di sunyinya syair yang berlagu di ruang hampa tanpa adanya putih bintang yang menghiasinya. Jika ada jalan yang Aku tempuh lurus tanpa luka yang menggores di setiap tulisan tanganku, Aku akan sangat bersyukur dan bersembah sujud kapada Ilahi Rabb. Namun Aku hanya selalu menghayal akan senyum seorang Bidadari yang menyambutku dari kejauhan dan menyalamiku dengan cinta.
Malam panjang yang senyu senyap, bagai kuburan yang mati namun bernyawa, selalu ada rasa bosan yang terkirim oleh kekasih angin malam yang menusuk tulang hati. Duri itu semakin tumbuh membesar dalam kecewa yang tercipta untukku. Tak ada yang mencintaku apa adanya, menjadi teman hidupkuu di dunia fana ini, api yang selalu membara membakar setiap kalimat cinta yang terucap dahulu, air telah menghanyutkannya di kenangan pahit, angin telah menerbangkannya ke masa yang paling sulit di tempuh dan tanah sudah membuatnya menjadi keping-keping bebatuan yang tak di anggap lagi. Putus langit meminta maaf karena kecintaannya kepada orang lain.
Bila datang masanya Aku akan pergi dari lelah letihnya hidup ini, apakah yang Aku dapatkan di tempat lain yang jauh di ujung sana? Aku sungguh tidak tahu dan ingin mau tahu tapi Aku belum ingin pergi ke tempat itu karena Aku belum bisa membahagiakan dua orang yang sudah memberiku hidup di dunia ini.
Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang. (Soe Hok Gie)
“akhirnya semua akan tiba, pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui, apakah kau masih berbicara selembut dahulu? memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku”
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi, kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram, meresapi belaian angin yang menjadi dingin
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu,ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
Lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita.
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta”
Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu.
Manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru. (Soe Hok Gie: April 1969)
Oh cahaya memancar dalam hati, kemarilah!
Tambahan nurani dan segala harapan, datanglah!
Wahai pendahulu yang Aku lebih dahulu darimu,
Yang memikki cinta sejati, kemarilah!
Wahai kesenangan dan kebahagiaan manakah datang
Dan wahai kesusahan dan kesedihan apabila hilang
Engkau laksana mentari nan dekat namun jauh
Wahai orang yang dekat namun jauh, kemarilah!
(syekh Jalaludin Ar-Rummi)
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. ..
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, ...
dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ....

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, ..
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ....

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, ..
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, ...
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini ...

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, ..
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ..
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar